Selasa, 22 Februari 2011

Yu Poni

     Pagi itu Yu Poni tetanggaku kelihatan kusut.!1 Rambutnya yang memutih dibiarkan awut awutan. Uban yang mestinya belum saatnya tumbuh diusianya yang masih relatif muda. Entah karena pikirannya yang terlalu menanggung beban hidup yang begitu berat, atau karena bahan kimia dalam shampoo yang digunakan, telah membuat rambut yu Poni yang bergelombang itu lebih dari separuh memutih.
     " Ada apa to yu...??' tanyaku.... "Mboh ki mbak, mumet tenan sirahku..."( Gak tau nih mbak, kepalaku pusing sekali )...jawab yu Poni langsung duduk di depanku yang sedang meracik bumbu di dapur. Kulhat wajahnya benar -benar kucel..kusut..."Ada apa to? tentang kang Ponidi??" Tanyaku. Dia mengangguk....
Pagi itu, aku dengarkan cerita Yu Poni dengan penuh keprihatina, tapi aku tidak bisa berbuat banyak untuk ketidak adilan yang dialaminya.
     Malam itu memang ada pertemuan beberapa orang di rumah Pak Samin, untuk merembug permasalahan kang Ponidi. Tentu saja yu Poni dan kang Ponidi hadir di situ.... Yu Poni pada awalnya tidak tau, kenapa dia juga ikut 'dipanggil'... Entah siapa yang lapor pada siapa, yu Poni juga tidak tau. Yu Poni yang makan bangku sekolah cuma sampai kelas 5 SD,sama sekali tidak mengerti, kenapa dalam pertemuan itu, justru dia yang disalahkan dan dipojokkan.
     Dalam pertemuan itu, hadir juga Menik. Seperti namanya, wanita desa itu memiliki wajah yang imut, kulitnya bersih, putih, tidak seperti wanita desa kebanyakkan. Menik mempunyai suami Sarman. Suaminya tidak punya pekerjaan, kadang pergi berbulan-bulan, tapi setiap pulang hanya untuk meminta uang atau menjual apa saja yang bisa dijadikan uang Harta warisan peninggalan orang tua Menik pun habis dijual oleh Sarman.
     Entah siapa yang mulai, diam diam Ponidi sering menyambangi Menik. Sepertinya Menik menikmati perhatian Ponidi. Entah apa yang ada di benak Menik, sampai sampai dia mau berhubungan dengan Ponidi. Padahal, Ponidi bukanlah lelaki berduit, dan dia tidak lebih baik dari Sarman. Pekerjaannya juga serabutan, kalau dapat sedikit uang saja, habis untuk beli rokok dan kesenangannya sendiri.
     Yu Poni, wanita yang kuat, baik fisik maupun mentalnya. Tiga anak laki laki, telah dilahirkannya ke muka bumi. Tiap hari selalu bekerja keras. Buruh tandur ( menanam padi ), membantu orang hajatan, mencari makanan buat ternak kambingnya, mengumpulkan batu di kali dan sebagainya... yang penting bagi diam bagaimana bisa mendapatkan uang untuk mencukupi kebutuhan hidup bersama anak anaknya. Anak anaknya cukup tau diri dengan keadaan orang tuanya. Dia sangat tegar menghadapi suaminya yang kurang bertanggung jawab, dia tak pernah menuntut ataupun protes...
     Pagi itu, ketegaran dan kekuatan yang ada pada yu Poni luruh.... Dia merasa tidak melaporkan pada siapapun masalah skandal suaminya dengan Menik yang sudah jadi rahasia umum. Selama ini dia tidak peduli bagaimana kelakuan suaminya itu.Yang membuat hati yu Poni hancur, remuk,.dan merasa diperlakukan tidak adil justrru pada saat pertemuan itu, dirnya yang dipersalahkan oleh orang orang terpandang itu...!!! Dia dituduh menyebarkan fitnah pada Menik....!!! Menyebar gosip, bahwa Menik telah menggoda suaminya...!! Dia tidak diberi kesempatan membela diri dan tak ada yang memberi kesempatan padanya untuk menjelaskan!! Mendengar cerita yu Poni, aku hanya bisa mengurut dada, dan menyebut duh Gusti.....
     Aku tak dapat memberi solusi pada masalah yu Poni..... aku tau persis, dia bukan wanita yang sering main ke tetangga untuk sekedar ngerumpi seperti kebanyakan wanita yang malas, waktunya habis untuk bekerja, bekerja, dan bekerja... bahkan untuk merawat badan dan wajahnyapun tak sempat ia lakukan. Aku hanya  dapat menghiburnya.....untuk sabar dan pasrah dalam ketakberdayaan menjalani lakon hidup yang harus dijalani.....
     Yu Poni tetap menjalani hari- hari nya seperti biasa, meskipun luka dihatinya masih perih. Dia yakin luka itu akan sembuh dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. Dia yakin ada penyembuh yang Ilahi. Dan dia selalu yakin, selalu ada hikmah dan rencana Tuhan yang indah dibalik kepahitan hidup yang dialaminya. Satu yang dia minta pada Sang Pengatur Kehidupan, dia berharap kelak anak-anaknya beroleh kehidupan yang lebih baik. Dia rela mengorbankan kebahagiaannya demi masa depan anak- anaknya. Dia akan terus berjuang, berjuang dan berjuang untuk buah hatinya...
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar