Senin, 03 Maret 2014

PUNGUT

     Pagi pagi benar lelaki itu sudah datang. Duduk setengah jongkok bersandar di tembok. Kudekati dia dan kuserahkan kontak mobil adikku padanya. Sengaja aku tak hendak menyetir sendiri, aku meminta bantuan lelaki itu untuk mengantarkan kami keliling Kota, dimana aku pernah melewati puluhan tahun dalam hidupku di kota ini. Aku ingin menelusuri kembali jalan jalan yang pernah aku lalui.....
     Pagi itu aku ingin mengunjungi teman teman sewaktu aku masih mengajar di sebuah sekolah swasta. Aku bersyukur, meski terentang jarak dan waktu, keakraban dan persaudaraan kami tak putus. Masih saja heboh kalau bercanda.....hehehe....
    Di sekolah itu kenangan akan para siswa yang menjadi muridku dengan berbagai polah tingkahnya yang khas anak anak muncul kembali...Aku bahagia dan bersyukur..meski mereka sudah ada yang kerja ataupun kuliah, masih ada yang sering kontak denganku...demikianpun walimurid.
    Kangenku pada  dunia pendidikan berpeluk keprihatinanku akan dunia pendidikan saat ini. Seperti lingkaran yang tak berujung....
    "Bu...saya tadi ditanya oleh pak Satpam yang jaga".....aku tersadar oleh perkataan sopir.  "Pak satpam tadi bertanya, apakah saya yang mengantar ibu, kemudian satpam itu bercerita bahwa ibu pernah ngajar disitu.....".aku jawab iya... 
Entah jembatan kalimat yang mana aku tak ingat....dari tentang sekolah itu berujung ke cerita tentang kehidupan lelaki yang jadi sopir kami saat itu.
    
    Lelaki itu bercerita, tentang mimpi mimpinya dimasa muda...tentang mimpi mimpi itu harus kandas karena dia lebih mementingkan menunggui orangtuanya yang sakit sakitan...dia tinggalkan ibu kota, dia tinggalkan kanfas kahidupannya disaat dirinya mulai melukis , merealisasikan keindahan akan mimpi mimpinya.
    Kembali ke rumah orangtua, menemani, merawat hingga orang tuanya meninggal. Sejak orangtuanya meninggal, dia sebatang kara. Saat aku tanya, adakah sanak family lainnya?? "tidak ada bu......saya bukan anak kandung mereka, tapi anak angkat, makanya saya diberi nama "Pungut"..."
      Aku terdiam.....dan aku makin terdiam saat kami melewati sebuah gubug bambu yang sudah mulai miring... Pungut menunjukkan bahwa itulah rumah warisan orangtua angkatnya. bahwa rumah itu berdiri diatas lahan sewa..... Duhhh.... Saat ini, di rumah itulah Pungut tinggal dengan istri dan anaknya. Istrinya yang jauh lebih tuapun tak soal bagi dia. Kehidupan yang amat sangat sederhana. Rumah gubug reyot diantara rumah rumah yang megah dan mewah. Sungguh sangat kontras. Apakah tuan tuan dan nyonya nyonya besar penghuni rumah mewah pernah peduli dengan kehidupan seorang Pungut??? semoga....
    Ah....aku tak mau memikirkan mereka. Biarlah mereka hidup menurut pilihan mereka. Mereka yang bangga akan harta dan kemewahan juga gila hormat. Itu pilihan. Semoga merekapun siap menerima konsekuensi dari pilihannya itu.
     Perjalananku menyusuri jalan dan lorong kota ini memperoleh banyak hal. Begitu banyak Pelajaran yang kuperoleh hari ini . Dan itu sangatlah berharga bagiku.
    Satu pelajaran berharga tentang kehidupan dari seorang "Pungut"....Kesetiaan dan kasihnya pada orang tua, kerelaanya meninggalkan mimpi demi orang yang telah membesarkan dirinya dengan penuh kasih sayang....Kesetiaan dalam kekurangan. Sanggupkah kita???

Setangkup doaku...semoga kaliyan beroleh kehidupan yang bahagia dan sejahtera. Amin.
   
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar