Kamis, 22 November 2012

PENGEMIS

     Seperti biasa setiap latihan aku pulang dengan naik taxi. Tapi kemarin sore mbak Tika ada bersamaku naik taxi, karena cuaca hujan. Sesaat waktu kami berhenti di traffic light, sopir taxi nyeletuk:" anak siapaaa itu, disuruh hujan hujanan cari duit??"..... Dengan spontan, aku dan mbak Tika mengikuti arah tangan pak sopir yang menunjuk pada seorang gadis kecil, sekitar 7 th. Rambut dan badannya dibiarkan basah. Gadis kecil itu mendekati pengendara motor sambil menadahkan tangan. Terenyuh hatiku melihat anak itu. Namun karena lampu hijau sudah menyala, anak itu tidak sempat menghampiri taxi kami.

     Dalam perjalanan, kami berbincang tentang pengemis pengemis yang sering kami temui. Aku sendiri pernah melihat hal yang cukup menggelitik pikiranku. Seorang bocah lelaki, kecil...sekitar umur 5 th, dengan koran ditangan, mendekati pengendara sepeda motor, dan tanpa takut meletakkan koran itu di motor orang yang sedang berhenti di traffic light. Pengendara motor itu nampak kaget, dan bertanya"ini apa? untuk apa?' lalu si anak minta uang. tapi pengendara motor tidak mau menerima koran itu. Sesaat pandangan kualihkan ke pinggir jalan...ke trotoar...ada seorang ibu muda, sehat, duduk berhadapan dengan bocah perempuan sekitar 7 tahun. Ibu itu mengenakan jaket, dan menutupi sebagian wajahnya dengan jaket itu. Si bocah perempuan, nampak serius memperhatikan sesuatu dibawah wajah ibu muda yang tertunduk dan sedikit tertutup jaket itu. Ternyata si ibu itu sedang kutak kutik mainan hp.(telepon genggam) wooowww!!

     Mbak Tika pun bercerita, bahwa suatu saat, dia melihat dan memergoki sendiri, bahwa pengemis pengemis itu ada yang mensuplai makanan. Pernah juga memergoki saat pengemis pengemis itu di "drop" di tempat "kerja" mereka. Duh!!
Kata mbak Tika, "makanya pengemisnya gemuk gemuk dik"hehehehehe.....juga disaat jam "istirahat" mereka bisa dengan santai bermain telepon genggam. Pengemis kita ternyata canggih, hehehehe...

     "Itu belum seberapa mbak" kata pak sopir. Coba mbak perhatikan, mereka yang menari di traffic light itu. Penghasilan mereka mengalahkan pegawai lho. Mereka lebih pinter matematikanya daripada kita. Coba hitung saja, berapa kali lampu merah menyala, lamanya berapa detik. Sekali lampu menyala merah, ada yang memberi Rp.500 rupiah saja, sudah berapa per jam, per hari....??
Jadilah kami bertiga ikut ikutan "menghitung"hehehehe... Jumlahnya begitu fantastik.

     Memang jika di kota kota, banyak orang yang mengemis sebagai mata pencaharian, sebagai profesi. Ada yang sahat, ada yang cacat, ada yang pura pura sakit, dll.....Banyak mereka yang memiliki rumah lebih dari layak. Bahkan memiliki kendaraan bermotor. Tapi disisi lain, ada juga orang yang sungguh sungguh kekurangan. Seperti pengalaman beberapa waktu lalu, yang membuat air mataku mengalir.
Waktu kami melewati kota Temanggung, hari sudah larut malam. Karena lelah dan ngantuk, kami putuskan untuk mencari restoran yang masih buka. Sebelum masuk ke restoran, tiba tiba pandanganku menatap sesosok perempuan yang sudah tua, berjarak sekitar 20 m di depanku. Perempuan tua itu sedang membentangkan tikar di depan sebuah ruko yang sudah tutup. Waktu kami keluar dari resto, dan kendaraanku melewati ruko itu, mataku menatap wanita tua itu, dan sepertinya wanita tua itu juga melihatku. Pandangan matanya mengingatkanku pada sosok ibuku yang telah tiada. Rambutnya memutih, memakai baju berlapis lapis, mungkin untuk menahan udara dingin. Dia duduk, disampingnya ada buntelan kain...dia duduk berselonjor.
Pandangan mata wanita tua itu mengingatkanku pada ibuku yang beberapa tahum lalu telah tiada. Air mataku mengalir. Akhirnya aku tidak tahan, putar balik arah aku kembali menghampiri wanita tua itu. Kuulurkan sedikit tanda kasihku padanya. 

     Lain waktu, aku dikirimi foto dari sahabatku...dia sempat memotret seorang lelaki muda yang mengais tempat sampah untuk mencari sisa sisa makan, dan langsung dimakan. Duh!!. Jika kita melihat seperti itu, apa yang kita lakukan?? Cukup memandangnya dengan iba?? Atau berani melakukan sesuatu ??

      Tak akan habis cerita tentang pengemis dinegeriku yang subur ini. Apa penyebabnya??? Harus bagaimana "mendandani"mereka?? Mengubah pola pikir mereka?? Mencegah supaya "penyakit"itu tidak mewabah?? Apa yang salah dengan di negriku ini?? Jawabnya....???