Rabu, 18 April 2012

R A S T R I

     Puji Tuhan....akhirnya aku sampai di depan rumah peninggalan orang tuaku. Pk.8 pagi aku sudah sampai di Jogja setelah menempuh 3 jam perjalanan dari rumahku. Kumatikan mesin dan ku buka pintu mobilku. Tiba tiba kudengar suara nyaring..melengking...:" aloooo.....aloooo....aloooo...." Aku menoleh kucari arah suara tadi. Aku tersenyum mendapatkan wajah mungil melongok keluar jendela dari rumah tetangga depan rumahku..." aloooo jugaaaaa..... dah mandi belum?? tanyaku" udah." "..udah maem juga' bibir mungil itu menjawab... "Bentar ya....budhe naruh tas dulu...Rastri aja yang main tempat budhe " jawabku sambil mengangkat tas dan masuk ke dalam rumah.

      Masuk rumah, kerinduan menyergapku. Dulu semasa bapak masih hidup, selalu menyapaku: "sama siapa nduk?? Dari Semarang jam berapa??.... Aku termangu di pintu kamar Bapak (alm)... kuhela nafas panjang< masih hangat dalam ingatan saat saat terakhir bersamanya...seratus hari yang lalu serasa baru kemarin... Seketika lamunanku buyar tatkala tangan kecil memegang jariku. Kutatap wajah polos di sampingku...aku tersenyum menatapnya..." Budhe nangis ya?? inget eyang ya??" ku gelengkan kepala sambil berusaha menahan agar airmataku tidak menetes.

      Kuraih tubuh mungil itu, ku gendong ke ruang tamu, dan kupangku dia. Tiap aku menatap wajah itu, aku makin sayang sama dia. RASTRI. Anak yang waktu dalam kandungan tumbuh bersama dengan tumor. Rastir lahir dengan normal dan selamat atas Kebesaran Tuhan.
 
     Setyowati, ibunya, saat mengetahui dirinya terlambat bulan dia memeriksakan diri ke dokter. Hasil lab sungguh mengejutkan, karena selain dia diketahui positif hamil, dalam kandungannya juga ditemukan tumor. Dokter menyarankan agar kandungannya digugurkan saja, daripada nyawanya terancam, dan si calon bayi juga ada kemungkinan cacat.
 
     Sasongko, suaminya menolak dengan tegas saran dari dokter. Sasongko sosok lelaki yang sungguh sungguh menjalankan amanah sebagai bapak yang mengimami keluarga. Dia yakin dengan keputusannya, meski dia tau segala resiko dari keputusannya itu. Setyowati tetap meneruskan mengandung anak ke duanya itu, bersama tumor. Sungguh besar perjuangannya, deritanya tak terungkap kata apa yang dirasakan selama mengandung. Sasongko selalu membesarkan hati istrinya, dan meyakinkannya, bahwa Tuhan pasti akan menjaga dia dan bayi yang dikandungnya. Mereka tak hentinya berdoa, Sholat lima waktu dan tahajud tak pernah lupa. Tak terasa kandungan Setyowati sudah 9 bulan. Dokter menyarankan agar persalinan dilakukan dengan bedah caesar. Kali ini demi keselamatn istri dan bayinya, Sasongko menyetujui saran dokter. Sasongko pasrah...dalam kepasrahannya, dia berdoa dan doanya dikabulkan, anaknya lahir secara normal sebelum operasi dilakukan. Bayi permpuan itu lahir dengan tubuh sempurna, lengkap tak bercacat, wajahnya manis.
     "Budhe..budhe..aku mau minum jeruk" suara Rastri manja. Aku sudah tau apa maksud permintaannya tadi. "hayuuukk"" jawabku sambil kutuntun dia ku ajak kel;uar rumah... Aku antar dia ke rumahnya untuk minta ijin pada ibunya. Segera kuajak Rastri ke Minimarket yang ada. Rastri anak mungil yang manis, tidak nakal, dan keinginannya tidak neko neko. Sampai minimarket, dia hanya mengambil minumal jus jeruk kemasan yang dia suka. Kutawarkan berbagai jajanan kesukaan anak anak pada umumnya, tapi dia menggeleng. Selalu begitu. Kalau aku berhasil membujuk untuk memilih jajanan lain, hanya ice cream, yang lainnya tidak. Aku kagum dengan sikapnya itu. Seorang bocah umur 3 tahun, tapi sudah punya prinsip yang kuat. Meski disodorkan hal hal yang menggiurkan, dia bergeming, tetap pada pendiriannya. Semoga kamu kelak tetap jadi wanita yang punya pendirian teguh ucapku dalam hati.
   
     Bila kuingat keluarga kecil itu, selalu membuatku merenung...Masih adakah Sasongko,Setyowati dan Rastri yang lain saat ini?? Berkeyakinan kuat akan campurtangan Tuhan dalam setiap permasalahan hidup?? Bertekun dalam doa?? Yang sabar dalam kesusahan ??Yang teguh dalam pendirian akan kebenaran???

       Namun apa yang aku saksikan di jaman sekarang, membuat aku menarik nafas yang panjang. Begitu banyaknya orang orang yang menghalalkan segala cara untuk mengejar ambisinya. Main hakim sendiri, cari keuntungan diri.tidak rela melihat orang lain melebihi dirinya...Serakah.!!Yang lebih parah lagi, banyak yang "Jarkoni"( isa ujar ora nglakoni.) Bahkan apa yang terucap tidak sama denga isi hati yang sesungguhnya. Musang berbulu domba dll. Kejujuran sudah jadi hal yang langka.

     Semoga sifat Sasongko,Setyowati dan Rastri masih ada di hati setiap insan. Berserah dalam keyakinan pada Tuhan, dalam kepasrahan yang berpengharapan. Hidup seturut kehendak Nya. Semoga.